Jejer negeri Mamenang atau widarba, prabu Jayabaya duduk disinggasana dihadap putranda Raden Jayahamijaya, dan patih Suksara. Pembicaraan tentang putrinya raja dewi sasanti, dewi Prawuni dan dewi Pramesti, setelah dewasa banyak peminangnya, sehingga merepotkan dalam pemikirannya. Bahkan raja 1000 negeri telah mengajukan peminangan.
Datanglah utusan dari negeri Selauma, punggawa raja prabu Yaksadewa yang bernama ditya Kala Rudraksa Madya, yang menghadap raja menghaturkan surat lamaran dari raja yaksadewa terhadap ketiga putri tersebut. Raden Jayahamijaya tidak memperbolehkan, maka terjadilah pertengkaran, utusan mundur mengancam.
Raja memperingatkan supaya raden Jayahamijaya berhati-hati melawan raksasa. Pasewakan bubaran, raja masuk istana, Gapuran terus ke kenyapuri
Adegan keputrian, permaisuri raja dewi Sutiksnawati dihadap putrinda raja bertiga. Raja masuk istana, para putri menjemputnya. Setelah semuanya duduk diudyana keputrian raja membicarakan utusan dari Selauma dan Jayahamijaya yang akan melawan utusan raksasa dari selauma. Kemudian raja akan bersemadi, bedolan.
Adegan Pasowanan Jawi, raden Jayahamijaya patih Suksara, Harya Drewayana, Harya Drewasana, beserta parajurit. Pembicaraan tentang akan melawan raksasa utusan dari negeri Selauma, setelah bersiap sedia, lalu berangkat ke perbatasan negeri, budalan kapalan, dilanjutkan prang ampyak.
Adegan barisan raksasa dari Selauma, bernama Ditya Gorasabda, Ditya Mohita, dan Ditya Lontoweni serta abdi Wrekosa dan Wrekangsa, alias Punjamantri dan Jamamantri. Datanglah Rudraksa Madya yang memberitahukan bahwa lamaran raja ditolak. Diterima tetapi bila dapat mengalahkan raden Jayahamijaya. Para raksasa mempersiapkan diri, lalu berangkat menyerang negeri Widarba. Sehingga terjadilah peperangan dengan kekalahan raden Jayahamijaya, lalu mencari bantuan.
Adegan Raden Amengjaya satria dari Yawastina ditengah hutan diikuti oleh para punakawan semar, Gareng, Petruk. Sang raden susah karena negerinya dalam kesulitan, yaitu rakyat yang sakit dan sukar penghidupannya. Dewa memberitahukan bahwa kesulitan keadaan itu karena raja yang memerintahkan masih jejaka, yang mengakibatkan panasnya suasana. Raden Amengjaya kembali ke Yawastina. Dalam perjalanan dihadang para raksasa sehingga terjadilah perang kembang para raksasa dapat dikalahkan.
Di pertapaan Kendalisada, Begawan Mayangkara dihadap cantrik. Percakapan tentang sang begawan yang sudah merasa bosan hidup didunia karena terlalu lama. Begawan Mayangkara lalu meraga sukma, suksmajati naik kedewataan dan ragajati ditinggalkan.
Adegan Batara Guru dihadap Batara Narada, Batara Indra dan Yamadipati. Pembicaraan tentang gara-gara kahyangan yang disebabkan begawan Mayangkara yang belum waktunya mati telah mendahului ketentuan dewa. Yamadipati diperintahkan mengadili para suksma yang akan naik kesurga atau keneraka. Narada dan para dewa diperintahkan untuk mengembalikan Mayangkara.
Yamadipati memutusi sukma yang menghadap ke Yamani atau ke Sorga. Pertama sukma orang mati melahirkan anak yang baik hati, meskipun dicoba sebagai ganti bayinya seekor ulat yang besar, namun sukma tersebut tetap tabah, sehingga diperkenankan naik ke sorga bersama dengan bayinya. Kedua seorang yang suka serong, yang akhirnya diperintahkan melalui jembatan ogal-agil, akhirnya jatuh kedalam jurang yang terus ke neraka. Ketiga seorang sukma kedi yakni seorang wanita yang tidak pernah menjalani haid diperintahkan memegang wuluh gading lalu diuntir akhirnya sukma marah-marah dan dikutuk jadi burung Cekaklak, dan dikutuk jangan sampai minum air bila tidak ada air digowok. Kemudian datanglah Mayangkara ditolak para dewa tidak mau sehingga menjadi peperangan, Narada memberi penjelasan kepada Mayangkara bahwa tugasnya didunia belum selesai, yaitu harus mempersatukan negeri Yawastina dengan Widarba dengan jalan mengawinkan raja Yawastina prabu Astradarma, Amengjaya dan Jayadirana dengaan putri Widarba dari Sasanti, Pramuni dan Pramesti. Setelah ada penjelasan tersebut Mayangkara puas, lalu kembali.
Di pertapaan Kendalisada ragajati begawan Mayangkara, datanglah suksma jati Mayangkara. Keduanya ragu-ragu, lalu bantah atau berceritera tentang pengalaman hidupnya, yang akhirnya keduanya suksma jati dan ragajati teringat, maka suksma lalu masuk keraga, lalu Mayangkara pergi ke Jawastina melaksanakan perintah dewa.
Di negeri Yawastina, prabu Erangbaya atau prabu Astradarma, dihadap adiknya Rd. Jayakirana dan Rd. Amengdjaya,yang baru pulang dari bepergian dan juga menghadap punakawan Semar, Gareng, Petruk. Percakapan tentang keadan negeri. Amengjaya menjelaskan bahwa bila rakanda raja mau kawin, mungkin kesulitan negeri akan hilang. Datanglah begawan Mayangkara yang menjelaskan mendapat tugas dari dewa untuk melaksanakan mengawinkan raja Yamastina beserta saudara-saudaranya dengaan puteri Widarba. Setelah raja menyetujui maka dibawnya raja dengan saudaranya ke Widarba dalam kancing. Ditengah jalan Mayangkara berjumpa dengan Raden Jayahamijaya yang mencari bantuan. Mayangkara menyanggupkan diri. Terus berangkat ke Widarba. Raksasa utusan dari Selauma diserang oleh begawan Mayangkara hingga tewas,Mayangkara lalu dihadapkan Prabu Jayabaya oleh Rd. Jayahamijaya dan akan dikawinkan.
Adegan keputrian Dewi Sasanti, Dewi Pramuni dan Dewi Pramesti, datanglah prabu Jayahamijaya membawa begawan Mayangkara, yang lalu dikawinkan, dan prabu Jayabaya keluar, para putri menangis karena dikawinkan dengan kera. Lalu begawan Mayangkara mengeluarkan raja Yawastina beserta kedua saudara nya yang lalu oleh Mayangkara dikawinkan Prabu Astradarma dengan Dewi Sasanti, Rd. Amengjaya dengan Dewi Pramuni dan Rd. Jayakirana dengan Dewi Pramesti. Raden Jayahamijaya salah pengertian dikira para kesatria dari Yawastina tersebut pencuri, terjadilah peperangan, lalu dijelaskan oleh Mayangkara yang akhirnya Jayahamijaya menyerah.
Adegan negeri Selauma, prabu Yaksadewa dihadap patih Dendamaya dan tumenggung Mandramadya. Percakapan tentang utusan yang tidak ada baritanya. Pujamantri dan Jamamantri datang melapor bahwa utusan raksasa dari Selauma mati semua. Prajurit Selauma mati oleh Raden Amengjaya dan Pudraksa Madya mati oleh begawan Mayangkara. Raja sangat marah, lalu menyerang negeri Widarba. Pertempuran di Widarba Prabu Yaksadewa melawan bagawan Mayangkara, semula Yaksadewa kalah, lalu Batara Brahma datang membantu menjadi gada. Mayangkara dipukul gada malihan Batara Brahma matilah sang Mayangkara. Prabu Jayabaya marah,Yaksadewa mati. Para prajurit mengamuk atas kematian rajanya, tetapi kalah semua oleh wadya Widarba.
Adegan di Widarba Prabu Jayabaya dihadap menantu Prabu Astradarma, Raden Amengjaya, Raden Jayakirana beserta putranda Jayahamijaya. Karena semua kesulitan negeri sudah hilang, maka raja mengadakan pesta.. Tancep kayon.
Contoh Wayang Madya dari Ngasinan, Gondangwinangun, Klaten, sebagia experimen pementasan di Konservatori Karawitan Indonesia di Surakarta pada tanggal 10 Januari 1970.