Ananta Wijaya

Sri Kreshna, berkunjung ke Indraparasta, bermaksud menemui Yudhistira. Sri Kreshna mengetahui bahwa Yudhistira telah berangkat untuk melaksanakan tapa di kaki gunung Mandar Giri, atas ajakan bekas murid Yudhistira, Raja Jong Pura bernama Ditya Kala Ulakesa. Sri Kreshna menugaskan Bima Sena ke Mandara Giri. Para Pandawa lainnya diajak bersamanya ke Jong Pura, berangkat pada saat bersamaan. Bila Bima Sena tidak menemui Yudhistira di sana, agar segera ke Jong Pura, ketemu dengan Sri Kreshna dan para saudaranya di Jong Pura.

Ulakesa bahagia, berhasil membujuk Yudhistira dijanjikan diajak bersamanya melaksanakan tapa brata yoga semedi di Gunung Mandara Giri. Negara Jong Pura dijaga ketat oleh para pengaman dari segala penjuru arah. Di pusat kota, Ulakesa mempersembahkan Yudhistira ke hadapan Batara Kala karena Ulakesa dijanjikan upah yang sangat mahal oleh Batara Kala.

Sri Kreshna dan para Pandawa berlaga melawan pasukan Jong Pura untuk bisa masuk kota. Bima Sena dari arah yang lain berperang menerobos masuk kota Jong Pura. Semuanya tercengan melihat Yudhistira hendak ditelan hidup-hidup oleh Batara Kala. Tak ada yang bisa berbuat apa-apa. Batara Kala keselek. Kesakitan keselek, Batara Kala nadar bahwa kalau Yudhistira dapat dimuntahkan, maka jiwa Ulakesa adalah upahnya. Yudhistira dianugerahi Sangka Kala, bernama Ananta Wijaya. Segalanya terjadi berkat Kemahakuasaan Tuhan.
Tancep Kayon.

Keterangan:Cerita ini bersumber dari rekaman tiga casette Bali sterio B. 358, ungkapan dalang Buduk (alm), judul Dharma Wangsa Keatur Ring Sang Hyang Kala, disadur dalang Wayan Diya, guna pertunjukan wayang Bali, Wayang Lemah, acara Taur Kasanga di lapangan Monas Jakarta, 12 April 2002 dengan judul “ Ananta Wijaya “ Disamping itu juga dari dua Sloka dalam Bagavad Gita Bab I no. 15 dan 16.