Kidung Malam (84) Gandamana Gugur

Gandamana meninggalkan semuanya termasuk jabatan Patih. Tidak adal lagi kegetiran, ia beristirahat dalam damai abadi (gmbr: herjaka HS)

Gandamana mengeluh lirih. Pusaka pancanaka yang berujud kuku dengan lembut telah melesak di dadanya. Benarlah apa yang diduga sebelumnya bahwa seorang berpakaian brahmana yang menjadi lawannya adalah Bima, salah seorang trah Bayu yang mempunyai pusaka andalan pancanaka. Gandamana telah terluka, namun tidak ada rasa sakit di tubuhnya. Ia masih mencoba untuk berdiri gagah dan tegar, namun usahanya tidak berhasil bahkan badannya yang tegap mulai menjadi lunglai. Pandangannya menjadi redup dan kabur. Ia merangkul Bima agar tidak jatuh terjerembab. Bima menyambutnya dengan keharuan. Ada banyak kesamaan diantara keduanya. Bima dan Gandamana adalah orang yang berwatak jujur, prasaja sederhana apa adanya dan mempunyai ketulusan dalam menjalankan tugas.
More

Kidung Malam (83) Sampai Pada Waktunya

Gandamana teringat saat menghajar Kumbayana hingga cacat seumur hidup (karya herjaka HS)

Sayembara perang tanding di Negara Cempalaradya masih berlangsung. Seorang brahmana yang mendapat kesempatan naik di panggung sayembara dan berhadapan dengan Gandamana bukanlah orang sembarangan. Ia mampu mengimbangi kesaktian Gandamana. Bahkan ilmu Wungkal Bener dan Aji Bandung Bandawasa yang menjadi andalan Gandamana tidak mampu membendung serangan lawannya. Oleh karenanya Gandamana mulai terdesak. Apalagi secara fisik umur Gandamana jauh berada di atas lawannya, sehingga daya tahannya susut dengan lebih cepat.
More

Kidung Malam (82) Semakin Renta

Bima ketika menjalani laku menuntut ilmu

Hari semakin siang, sinar matahari bertambah panas. Lautan manusia di alun-alun Cempalaradya berusaha untuk bertahan dalam teriknya matahari. Karena bagi mereka sayembara perang tanding ini lebih menarik dan lebih menegangkan dibangdingkan dengan sayembara memanah. Panggung sayembara kembali menjadi pusat perhatian. Gandamana berdiri kokoh di atas kedua kakinya yang kokoh pula. Satu persatu peserta sayembara perang tanding telah dikalahkan. Sorak-sorai dan tepuk tangan tak henti-hentinya menyambut kemenangan Gandamana.
More

Kidung Malam (81) Pada Suatu Saat …

Pemuda Rupawan itu (karya : herjaka HS)

Adu kesaktian memanah yang dipamerkan oleh Pemuda Rupawan dan Arjuna benar-benar mencengangkan semua orang yang memenuhi Alun-alun Cempalaradya. Lautan manusia yang semula ingin pulang karena sayembara dianggap sudah selesai mengurungkan niatnya. Malahan mereka terpaku pada tempatnya masing-masing ketika menyaksikan langit Alun-alun Cempalaradya hujan anak panah. Apa yang telah terjadi? Sebagian besar dari mereka belum tahu bahwa kemenangan Pemuda Rupawan tersebut ditolak Durpadi. Namun Pemuda Rupawan tersebut tidak peduli dengan penolakan Dewi Durpadi. Karena baginya mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kesaktiannya di depan orang dalam jumlah besar sungguh menjadi kebanggaan tersendiri. Oleh karena tanpa beban Pemuda Rupawan tersebut ingin meninggalkan alun-alun Cempalaradya yang sudah tidak menarik lagi setelah keberhasilanan memenangkan sayembara. Tetapi sebelum benar-benar meninggalkan Alun-alun, ia dicegat oleh Arjuna. Bagi Pemuda Rupawan pencegatan Arjuna juga menjadi daya tarik baru, dikarenakan ia kembali mendapat kesempatan untuk memamerkan kesaktiannya.
More

Kidung Malam (80) Pemuda Rupawan

Sorak membahana ribuan manusia bergemuruh. Pohon-pohon beringin dan pohon-pohon Angsana di seputar alun-alun Cempalaradya tergetar karenanya. Beberapa daunnya berguguran, mengenai orang-orang yang berada di bawahnya. Bagaikan taburan bunga untuk menghormat pemuda rupawan yang telah berhasil melepaskan anak panahnya tepat ke titik sasaran.
More

Kidung Malam (79) Durpadi Sayembara

Dewi Durpadi sedang menimba air kejernian

Hari menjelang sore, suara kenthongan yang berasal dari pusat Kraton Pancalaradya atau Cempalaradya, menarik perhatian penduduk kotaraja. Seperti yang selalu ada di setiap banjar, pada sudut halaman ada bale duwur untuk menempatkan sebuah kentongan. Dengan kentongan tersebut setiap warga mendapatkan informasi mengenai kejadian penting untuk segera ditanggapi. Ada beberapa irama kentongan yang masing-masing irama menunjukkan kejadian yang sedang berlangsung. Seperti irama khusus yang terdengar disore hari itu menandakan bahwa ada seorang gadis yang telah mengalami menstruasi atau datang bulang pertama. Artinya bahwa sang gadis tersebut telah menginjak usia dewasa, dan siap untuk dipinang seorang pria. Yang menarik perhatian bahwa suara kentongan tersebut berasal dari kotaraja. Tentunya ada gadis bangsawan yang menginjak dewasa dan siap dilamar. Lalu siapa gadis bangsawan tersebut? Akhirnya teka-teki pun terjawab bahwa Putri raja Cempalaradya tersebut adalah Dewi Durpadi, anak sulung Prabu Durpada.
More

Kidung Malam (78) Fajar Mulai Merekah

Kunthi memakai pakaian brahmana ketika melakuan penyamarannya bersama anak-anaknya dihutan

Berangsur-angsur mendung kesedihan yang menggelayut di langit Pringgandani tersibak. Negara mulai tertata dan pulih kembali seperti sebelum Prabu Arimba meninggal. Atas kesepakatan ke enam adik-adik Arimba, yang terdiri dari Prabakesa, Brajadenta, Brajamusti, Brajawikalpa, Brajalamatan dan Kala Bendana, Arimbi sebagai saudara paling tua ditunjuk menggantikan Prabu Arimba untuk menjalankan pemerintahan Pringgandani.
More

Kidung Malam (77) Watak Ksatria

Prabu Arimba meninggalkan senyum abadi bagi negara Pringgandani

Jika boleh memilih tentunya Arimbi akan memilh diantara Bima dan adik-adiknya tidak perlu bertempur. Karena jika hal itu terjadi hati Arimbi akan dihimpit rasa cemas dari dua penjuru, seperti yang pernah dirasakan ketika Bima bertempur melawan Arimba. Disatu pihak Arimbi mencemaskan Bima suaminya, dipihak yang lain Arimbi juga mengkawatirkan adik-adiknya. Namun apa boleh buat, untuk menundukkan adik-adiknya tidak ada jalan lain kecuali bertempur. Harapannya agar Bima dapat memenangkan pertempuran melawan adik-adiknya dengan tidak menyisakan luka, baik luka di badan maupun luka di hati.
More

Kidung Malam (76) Calon Raja yang Cantik

Kala Bendana bergirang hati menyambut kedatangan Arimbi kakaknya
yang sudah menjadi cantik jelita

Arimbi dan Bima meninggalkan hutan Kamiyaka menuju Negara Pringgandani. Arimbi yang sudah menjelma menjadi seorang putri cantik tinggi perkasa adalah seorang putri raja yang bakal menggantikan Arimba kakaknya menjadi raja di Pringgandani. Maka tidak mengherankan jika Arimbi mempunyai berbagai ilmu tingkat tinggi, salah satunya adalah ilmu meringankan tubuh. Sehingga ia bisa terbang tanpa menggunakan sayap. Demikian juga Bima pasangannya walaupun badannya besar perkasa, ia mempunyai ilmu Angkusprana yang dapat menghimpun kekuatan angin dari Sembilan saudara tunggal bayu termasuk dirinya, yaitu: Dewa Bayu, Dewa Ruci, Anoman, Wil Jajagwreka, Gajah Situbanda, Naga Kuwara, Garuda Mahambira, dan Begawan Mainaka. Sembilan kekuatan angin tersebut membuat Bima dapat melompat sangat jauh seperti terbang. Sehingga dua sejoli itu laksana dua burung garuda perkasa terbang membelah langit biru.
More

Kidung Malam (75) Dendam Menjadi Cinta

Hutan Kamiyaka menampakan kelebatannya.

Malam itu bulan penuh. Bintang bertaburan di langit yang tidak berawan, sehingga sinar bulan tak terhalang mencium bumi. Namun tidak untuk bumi di kawasan hutan Waranawata dan hutan Kamiyaka, karena lebatnya daun dan rapatnya ranting pepohonan, akibatnya sinar bulan mengalami kesulitan untuk menembusnya. Hanya sebagian kecil yang dapat menembus lebatnya hutan dan mencium bumi Kamiyaka. Dari sebagian kecil sinar bulan yang masuk hutan Kamiyaka itupun tidak semuanya mengenai tanah, ada beberapa yang terpaksa menerpa wajah dua sejoli yang sedang merenda cinta. Sementara itu Kidung malam yang timbul dari suara aneka macam binatang hutan dan aneka warna serangga membuat malam itu semakin syahdu.
More

Kidung Malam (74) Bima dan Arimbi

Kesaktian Bima salah satunya diperoleh ketika berguru kepada Pandita Durna di Sokalima

Bima menundukkan kepalanya untuk menatap Arimbi yang bersimpuh menyembah dan memeluk kaki Bima. Raseksi Arimbi yang sudah menjelma menjadi seorang wanita nan cantik menawan mampu membuat Bima terpana. Jika menuruti nalurinya sebagai lelaki, Bima ingin membungkuk, memegang ke dua pundak Arimbi untuk diangkatnya dan kemudian dipeluknya erat-erat, agar payudaranya menghangatkan dadanya. Jika hal itu yang dilakukan, dapat dipastikan bahwa Arimbi bakal menyambut hangat pelukan Bima. Dikarenakan Arimbilah yang pada awal mula jatuh cinta kepada Bima.
More

Kidung Malam (73) Arimba Gugur

Arimbi yang sudah berubah berparas cantik menghaturkan sembah kepada Bima

Perang tanding antara Prabu Arimba dan Bimasena tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan perang tanding sebelumnya. Ketika Prabu Arimba mulai mengetrapkan ajian andalanya yang dapat menyedot tenaga lawan, maka kekuatan Bimasena susut dengan cepat. Tidak hanya itu, selain dapat menyedot tenaga lawan, ajian andalan Prabu Arimba menjadikan kulitnya alot seperti janget, tidak luka oleh segala macam senjata tajam, termasuk juga kuku Pancanaka.
More

Kidung Malam (72) Kesedihan Kunthi

Kunthi merasakan kesedihannya (karya: Herjaka HS)

Mendengar permohonan maaf Kunthi atas kesalahan Pandudewata, Puntadewa dan adik-adiknya menjadi semakin sedih. Sedih bukan karena tidak mau memberi maaf ayahnya yang sudah meninggal, atau sedih bukan pula karena ditinggal Pandu untuk selamanya, namun sedih karena melihat Ibunda Kunthi bersedih.
More

Kidung Malam (71) Derita Tidak Berhenti

Kunthi menghetikan pikirannya yang mengembara dari peristiwa
yang satu ke peristiwa.yang lain. (karya Herjaka HS)

Setelah bertemu dengan Harjuna, Bima kembali berkumpul dengan Ibu dan saudara-saudaranya. Di hadapan mereka, Bima bercerita peri hal pertemuannya dan pertempurannya dengan Arimba kakak dari Arimbi, anak Prabu Tremboko. Prabu Arimba raja Negara Pringgandani yang sakti tersebut ingin menumpas anak-anak Pandudewanata, sebagai balas dendam atas meninggalnya Prabu Tremboko.
More

Kidung Malam (70) Perang Babak Dua

Perang tanding babak ke dua antara Arimba dan Bima berlangsung lebih sengit

Berkat pertolongan Arimbi tubuh Bima yang lunglai karena tersedot oleh limu Arimba telah pulih kembali. Ia bangun dan menghampiri Arimba. Kini keduanya siap melanjutkan perang tanding. Sebentar kemudian perang tanding babak kedua terjadi. Lagi-lagi tenaga Bima cepat menyusut, sedangkan tenaga Arimba malah semakin bertambah.
More

Kidung Malam (69) Arimba dan Bima

Arimbi mengipasi Bimasena yang lemas kehabisan tenaga (karya Herjaka HS)

Perang tanding yang dahsyat antara Bimasena dan Prabu Arimba berlangsung dipinggiran hutan Waranawata, disaksikan oleh Arimbi dan para perajurit pengawal dari Pringgandani. Dalam perang tersebut Prabu Arimba dan Bimasena saling mengeluarkan kesaktiannya. Daya kesaktian diantara keduanya sampai menimbulkan debu tanah yang bergulung-gulung, laksana awan mendung. Beberapa kali terjadi suara ledakan keras, menggoncang beberapa ranting pohonan yang berada disekitarnya. Akibatnya merontokan sebagian daun dan ranting pohon di hutan tersebut.
More

Kidung Malam (68) Perang hebat

Prabu Arimba dan Bimasena bertempur dengan hebat (karya herjaka HS)

Kemarahan Prabu Arimba belum juga reda. Ingin rasanya ia menghajar Arimbi adiknya, yang telah berkhianat kepadanya, dengan mengabaikan perintahnya. Pada awalnya Arimbi menyanggupi perintah kakanya untuk mengadakan perhitungan dengan pembunuh Prabu Dwaka yang masih saudaranya. Namun setelah melihat pelakunya yang bernama Bimasena, Arimbi jatuh hati. Ia menjadi tak berdaya untuk melaksanakan perintah kakaknya. Oleh karenanya dengan jujur Arimbi mengatakan kepada utusan kakaknya bahwa Arimbi tidak mempunyai daya untuk melukai Bimasena, terlebih membunuhnya.
More

Kidung Malam (67) Musuh Yang Mempesona

Arimba ingin mengadakan perhitungan dengan Bimasena (karya: Herjaka HS)

Arimbi yang diutus oleh Prabu Arimba raja Pringgandani, untuk mencari pembunuh Prabu Dwaka, telah menemukan orangnya di Hutan Waranawata, yang bernama Bimasena Dengan tidak terduga pula, ternyata Bimasena adalah anak Pandhudewanata, raja Hastinapura yang telah membunuh ayah Arimbi yang bernama Prabu Tremboko, raja Hastinapura sebelum Prabu Arimba..
More

Kidung Malam (66) Mencari Bimasena

Arimbi tiba-tiba muncul dan bersimpuh dihadapan Kunthi dan Bima (karya Herjaka HS)

Banyak orang tidak percaya Prabu Baka atau Prabu Dwaka telah gugur. Lalu siapa yang berani melawannya, bahkan sampai berhasil mengalahkan dan membunuhnya? Kalau ia manusia pastilah ia bukan manusia biasa, tetapi manusia keturunan dewa. Atau malah mungkin ia seorang dewa yang menyamar jadi manusia?. Untuk memastikan kebenaran kabar itu, orang-orang berduyun-duyun menuju Padepokan Giripurwa.
More

Kidung Malam (65) Hari Bersejarah

Bimasena nampak kelelahan setelah mengalahkan Prabu Dwaka
(karya herjaka HS)

Prabu Baka atau Prabu Dwaka yang menjadi sumber ketakutan kawula Ekacakra telah dihancurkan oleh Bimasena. Para pejabat, pengawal perajurit dan pengikut yang selama ini berada di lingkaran pusat kekuasaan merasa terancam keberadaannya. Pengawal raja lapis pertama yang mengandalkan insting jika rajanya ada dalam bahaya dengan cepat menyerang Bima yang telah mencelakai tuannya, namun dengan cepat pula dilumpuhkan oleh panah Arjuna.
More

Previous Older Entries