Sanghyang Rancasan & Asal Usul Panakawan

Kisah ini berbeda dengan riwayat atau silsilah panakawan pada umumnya, namun ini menambah perbendaharaan dan memperkaya kisah tentang “dewa serta panakawan” dalam pewayangan.

Diterjemahkan bebas dari Karya R.U.Partasuwanda, Dalang masyhur pada jamannya dekade 1950 – 1970, dengan ciptaannya “wayang golek moderen” :
More

Dunia Wayang

Petruk, Bagong, Nakulo, Semar dan nama-nama tokoh khayalan yang lain, yang tak pernah penulis paham ketika sang dalang menggerak-gerikkan lempengan kulit yang dibentuk gambar manusia dari berbagai macam bentuk, sambil berbicara sendirian sang dalang terus berdialog dengan dirinya sendiri, kadang dia bersuara lembut dan sopan, kadang juga bersuara lantang dan kasar, kadang dia juga mengeluarkan kata-kata mutiara, kadang juga membikin humor, dan humor inilah hal yang sangat mudah difahami oleh semua orang, termasuk saya ikut tertawa ketika dagelan sudah dimulai.
More

Silsilah Mahabarata

Definisi Silsilah

Menurut Kamus Basa Sunda oleh M.A. Satjadibrata, arti silsilah itu ialah rangkaian keturunan seseorang yang ada kaitannya dengan orang lain yang menjadi istrinya dan sanak keluarganya. Silsilah tersebut adalah merupakan suatu susunan keluarga dari atas ke bawah dan ke samping, dengan menyebutkan nama keluarganya.

Arti silsilah itu bersifat universal, yang artinya orang-orang di seluruh dunia mempunyai silsilah keturunannya dan pula, di seluruh benua akan dimaklumi, bahwa semua orang pasti akan mengagungkan leluhurnya. Kita sering membaca silsilah keturunan para raja yang termasuk sejarah atau silsilah para penguasa yang memerintah suatau daerah, baik yang ditulis pada prasasti maupun benda lain yang artinya bukan hanya untuk dikenal saja, tetapi untuk digaungkan oleh segenap masyarakatnya, dan dikenang akan jasa-jasanya.
More

Tahapan Pulasan Pada Wayang Kulit

Pulasan dalam kaitannya dengan wayang kulit adalah, sebuah teknik pewarnaan pada proses pembuatan wayang. Jika wayang sudah berbentuk tokoh tertentu dan sudah di tatah dengan sempurna maka langkah selanjutnya akan dilakukan pewarnaan pada tokoh wayang tersebut sesuai dengan kaidah sunggingan dan perwatakan wayang. Pulasan yang baik dihasilkan oleh seorang tukang sungging yang sudah berpengalaman, pada jaman dahulu seorang seniman dalang mempunyai keahlian dalam membuat wayang, mulai dari mengambar detail wayang (nyorek), natah, mulas (nyungging) hingga pemasangan gapit wayang. Pulasan sendiri juga sering disebut dengan kata sunggingan. Untuk mewarnai wayang diperlukan beberapa tahap pulasan (polesan).
More

Sejarah Seni Pewayangan


Wayang, merupakan salah satu bentuk teater tradisional yang paling tua. Pada masa pemerintahan Raja Balitung, telah ada petunjuk adanya pertunjukan wayang, yaitu yang terdapat pada prasasti Balitung dengan tahun 907 Masehi, yang mewartakan bahwa pada saat itu telah dikenal adanya pertunjukan wayang.

Prasasti berupa lempengan tembaga dari Jawa Tengah; Royal Tropical Institute, Amsterdam, contoh prasasti ini dapat dilihat dalam lampiran buku Claire Holt Art in Indonesia: Continuities and Changes,1967 terjemahan Prof.Dr.Soedarsono(MSPI-2000-hal 431).
More

Silsilah Wayang Indonesia

Membayangi Sejarah Bangsa

Hanonton ringgit manangis asekel muda hidepan, huwus wruh towin jan walulang inukir molah angucap, hatur ning wang tresneng wisaya malaha tan wihikana, ri tatwan jan maya sahan-haning bhawa siluman. (Ada orang melihat wayang menangis, kagum, serta sedih hatinya. Walaupun sudah mengerti bahwa yang dilihat itu hanya kulit yang dipahat berbentuk orang dapat bergerak dan berbicara. Yang melihat wayang itu umpamanya orang yang bernafsu keduniawian yang serba nikmat, mengakibatkan kegelapan hati. Ia tidak mengerti bahwa semua itu hanyalah bayangan seperti sulapan, sesungguhnya hanya semu saja).
More

Wayang Kulit

Pertunjukan wayang kulit telah dikenal di pulau Jawa semenjak 1500 SM. Semasa kerajaan Kediri, Singasari dan Majapahit, wayang mencapai puncaknya seperti tercatat pada relief di candi-candi serta di dalam karya-karya sastra yang ditulis oleh Empu Sendok, Empu Sedah, Empu Panuluh, Empu Tantular dan lain-lain. Epos Ramayana dan Mahabarata yang asli berasal dari India, telah diterima dalam pergelaran wayang Indonesia sejak zaman Hindu hingga sekarang. Wayang seolah-olah identik dengan Ramayana dan Mahabarata.
More

WAYANG

Pindahnya Keraton Kasunanan dari Kartasura ke Desa Solo (sekarang Surakarta) membawa perkembangan juga dalam seni pewayangan. Seni pewayangan yang merupakan seni pakeliran dengan tokoh utamanya Ki Dalang adalah suatu bentuk seni gabungan antara unsur seni tatah sungging (seni rupa) dengan menampilkan tokoh wayangnya yang diiringi dengan gending/irama gamelan, diwarnai dialog (antawacana), menyajikan lakon dan pitutur/petunjuk hidup manusia dalam falsafah.
More

Pakeliran Purwa Dalam Budaya Jawa

Wayang kulit purwo (pakeliran purwo) merupakan bentuk berkesenian yang kaya akan cerita falsafah hidup sehingga masih bertahan di kalangan masyarakat jawa hinggga kini. Seni pertunjukan pakeliran purwo sebagai salah satu bentuk kesenian Jawa merupakan produk masyarakat Jawa (Hauser, Arnold, 1974:94). Disaat pindahnya Keraton Kasunanan dari Kartasura ke Desa Solo (sekarang Surakarta) membawa perkembangan dalam seni pewayangan. Seni pewayangan yang awalnya merupakan seni pakeliran dengan tokoh utamanya Ki Dalang yang bercerita, adalah suatu bentuk seni gabungan antara unsur seni tatah sungging (seni rupa) dengan menampilkan tokoh wayangnya yang diiringi dengan gending/ irama gamelan, diwarnai dialog yang menyajikan lakon dan pitutur/petunjuk hidup manusia dalam falsafah.
More

Dalang Butuh Proses

Dalang-dalang terkenal saat ini seperti Ki Manteb, Ki Anom Suroto, Ki Purbo Asmoro, Ki Entus Susumono, tidak serta merta sukses seperti sekarang ini, perlu proses panjang bahkan untuk menjadi seorang dalang yang tidak terkenal sekalipun. Terlalu banyak ketrampilan dan pengetahuan baik teknis maupun mapun terori yang harus dikuasai. Artinya tidaklah mudah menjadi seorang dalang, tidak dapat di ukur dengan hanya setahun dua tahun belajar / kursus lalu setelah dinyatakan lulus sudah bisa di juluki gelar Ki Dalang. Gelar Ki sebenarnya dalam kalangan masyarakat jawa sangatlah berat, berarti telah memiliki kemampuan yang spesifik tertentu dan di tuakan dalam masyarakat lingkungannya.
More

Jenis Wayang Kulit Yogyakarta

Wayang Kulit Purwa Gagrak Yogyakarta-Tejokusuman

Wayang Tejokusuman dibuat pada tahun 1946 di wilayah Tejokusuman, Yogyakarta. Seperti wayang kulit umumnya, Wayang Tejokusuman memiliki tatahan dan sunggingan yang halus. Perbedaan mendasar yang dapat dilihat dari wayang Tejokusuman ini adalah warna tubuh yang diwarnai krem atau kuning muda.(umumnya wayang diberi warna prada/warna emas untuk bagian tubuhnya)

/// More

Kayon / Gunungan

Gunungan atau di dalam pakeliran disebut kayon, pertama diciptakan oleh Raden Patah. Dinamakan gunungan karena bentuknya menyerupai gunung yang memiliki puncak dan terdapat pada setiap pagelaran wayang (wayang purwa, wayang krucil, wayang golek, wayang gedok, wayang suluh, dll).

Menurut bentuknya, gunungan atau kayon ini dapat dibedakan menjadi dua macam.

1. Kayon gapuran berbentuk ramping dan pada bagian bawah bergambar gapua yang pada sisi sebelah kiri maupun kanan di jaga oleh raksasa Cingkarabala dan Balaupata. Sedangkan pada bagian belakang terdapat lukisan api merah membara.

2. kayon blumbangan, bentuknya agak gemuk dan lebih pendek bila dibanding dengan kayon gapuran, Pada bagian bawah terdapat lukisan kolam dengan air yang jernih yang ditengahnya terdapat lukisan sepasang ikan berhadapan. Sedangkan pada bagian belakang berambar lautan atau langit yang berawarna biru gradasi.
More

Lakon dan Pengaturan Wayang

Secara garis besar lakon wayang purwa dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
1. Prasejarah menceritakan tentang ksiah para dewa di Kahyangan, ajaran dewa kepada anak manusia, juga kisah kejahatan raksasa maupun setan yang mengganggu manusia, juga kisah kejahatan raksasa mapun setan yang mengganggu manusia, Sebagian besar cerita dewa-dewa dan raksasa ini diambil dari Mahabharata, tetapi sebagian didasarkan pada dongen tutur tinular yang berkembang di Jawa.
2. Cerita Arjunasasrabahu yang diawali dari keberadaan negara Maespati sebagai penerus dinasi Purwacarita (penjilmaan dewa Wisnu) hingga tamatnya riwayat Prabu Harjunasasrabahu.
3. Cerita Rama, isinya diawali dari runtuhnya kerajaan Maespati dilanjutkan petualangan Dasamuka, kisah Rama Sinta dan berakhir pada lakon Rama menjelma (nitis).
4. Cerita Mahabharata, isinya menceritakan para leluhur Pandawa hingga Pandawa muksa.
More

Sumber Cerita Wayang

Pada jaman prasejarah telah kita ketahui bersama bahwa wayang itu adalah kebudayaan nasional Indonesia asli yang kemudian kena pengaruh kebudayaan Hindu. Adapun cerita Jawa asli yang sampai sekarang masih ada, misalnya cerita Prabu Watugunung yang akhirnya menjadi pawukon dan Prabu Mikukuhan yang menceritakan asal mula adanya padi dan Semar, Gareng, Petruk serta Bagong adalah wayang Indonesia kuno. More

Membuka Takbir Wayang Purwa

Menurut cerita Jawa, awal adanya wayang yaitu pada masa raja Jayabaya di Kediri tahun 1135 Masehi. Pada saat itu raja Jayabaya ingin mengambarkan wajah para leluhurnya dengan lukisan pada daun rontal, meniru wajahpara dewa-dewa maupun manusia purba (purwa) sehinga karya raja Jayabaya itu kemudian disebut wayang purwa.

Menurut Dr. hazeu, cerita tentang wayang sudah ada sejak jamn raja Erlangga diKahuripan permulaan abad ke sebelas, karena pada masa Erlanga tersebut sudah ada ahli sastra kepercayaan raja Erlangga yakni Mpu Kanwa yang menulis kitab Arjuna Wiwaha. Isi dari kitab Arjuna Wiwaha antara lain menceritakan Arjuna ketika bertapa di dalam goa Witaraga sebagai brahmana dengan nama Ciptaning. Sebagai Pertapa, Arjuna berhasil membinasakan raksasa Niwatakawaca dari kerajaan Manimantaka yang bermaksud melamar bidadari Dewi Supraba. Atas jasanya itu, Arjuna mendapat penghargaan dari dewa Endra berupa sebuah panah lengkap dengan busurnya bernama panah Pasopati.
More

Lakon Pewayangan Menurut Pakem Surakarta

Macam2 lakon pewayangan menurut pakem surokarto lan sekitaripun sing mengacu pada Serat Pedhalangan Ringgit Purwa karya KGPAA Mangkunegara VII yg terdiri dari 37 jilid berisi 177 lakon dan terbagi 4:
1. Cerita dewa (7 lakon)
2. Cerita Arjuna Sasrabahu ( 5 lakon)
3. Cerita Ramayana (18 lakon)
4. Cerita Pendhawa Kurawa (147 lakon)
More

Daftar Ratu lan Ksatria kang gugur mbelani Pandawa ing Baratayuda Jayabinangun

Pandawa Lima : Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa

Putra-putra pandawa :
Raden Pancawala(putra Puntadewa), tewas oleh Aswatama di hr ke 19/20
Raden Antareja(putra Bima), tewas sebagai tumbal sebelum Baratayuda
Raden Gatotkaca(putra Bima), tewas di hr ke 15
Raden Antasena(putra Bima), tewas sebagai tumbal sebelum Baratayuda More

Mengenal Beberapa Negara/Kerajaan Pewayangan

Gandara:Asal Dewi Hanggadari Ibunda para Kurawa. Kandawa:Hutan yang sangat seram, yang berada diseberang kali Yamuna. Dihadiahkan kepada Pendawa Lima dan dijadikan negeri yang subur Makmur bernama Hastina Pura.
More

Mengenal Beberapa Tokoh – Tokoh Wayang

Abiasa: Putera Setiawati dengan Begawan Palasara / Seorang Begawan Berwajah buruk, bau amis dan busuk warisan Ibunya, diminta membuahi istri saudaranya agar tidak putus keturunan darah barata.

Abimanyu :Anak Arjuna dengan Subadra

Adipati Karna : Pahlawan sakti dipihak Kurawa mempunyai baju Tamsir yang kebal senjata apapun.

Adirata : Sais Istana Hastina Aradea (Adipati Awangi atau Karna):Anak pungut Adirata Berwajah mirip Arjuna dan sama ahli memanah. Aradea sebenarnya adalah anak Dewi Kunthi dengan ayah Bhatara
More

Pedalangan: Lakon, Pakem dan Tehnik

PAKEM DAN LAKON PEWAYANGAN

Lakon-lakon pewayangan itu adalah bagian pokok dari pada pergelaran seni pedalangan, baik untuk waktu semalam suntuk maupun untuk 4 jam atau mungkin hanya waktu 2 jam, namun lakon tersebut kedudukannya tetap, ialah merupakan pokok dari pada pergelaran seni pedalangan.

Membicarakan tentang lakon-lakon pewayangan, disengaja atau tidak disengaja, tentulah menyangkut apa yang disebut “pakem” yang dalam bahasa Jawa berarti: pathokan, paugeran atau wewaton.
More