Kidung Malam (84) Gandamana Gugur

Gandamana meninggalkan semuanya termasuk jabatan Patih. Tidak adal lagi kegetiran, ia beristirahat dalam damai abadi (gmbr: herjaka HS)

Gandamana mengeluh lirih. Pusaka pancanaka yang berujud kuku dengan lembut telah melesak di dadanya. Benarlah apa yang diduga sebelumnya bahwa seorang berpakaian brahmana yang menjadi lawannya adalah Bima, salah seorang trah Bayu yang mempunyai pusaka andalan pancanaka. Gandamana telah terluka, namun tidak ada rasa sakit di tubuhnya. Ia masih mencoba untuk berdiri gagah dan tegar, namun usahanya tidak berhasil bahkan badannya yang tegap mulai menjadi lunglai. Pandangannya menjadi redup dan kabur. Ia merangkul Bima agar tidak jatuh terjerembab. Bima menyambutnya dengan keharuan. Ada banyak kesamaan diantara keduanya. Bima dan Gandamana adalah orang yang berwatak jujur, prasaja sederhana apa adanya dan mempunyai ketulusan dalam menjalankan tugas.
More

Destarastra

Destarastra wayang kulit purwa buatan Kaligesing Purworejo, koleksi Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)

Aku adalah anak sulung Prabu Kresna Dwipayana atau Begawan Abiyasa raja Hastinapura, lahir dari seorang Ibu bernama Dewi Ambika putri dari negara Giyantipura atau negara Kasi. Sejak lahir aku mempunyai cacat netra, tidak dapat melihat atau buta. Aku mempunyai dua adik dari ibu yang berbeda yaitu Pandudewanata dan Yamawidura.
More

Karna

Karna, wayang kulit purwa koleksi Tembi Rumah Budaya buatan Kaligesing (foto: Sartono)

Aku dilahirkan dari seorang ibu yang bernama Dewi Kunthi atau Dewi Prita, anak Prabu Basukunti alias Kuntiboja raja negara Mandura. Menurut cerita yang aku terima dari ramanda Batara Surya, aku dilahirkan melalui telinga, oleh karenanya aku diberi nama Karna yang artinya telinga. Aku sendiri juga heran dan bertanya-tanya, benarkah aku dilahirkan melalui telinga Ibu Kunti? Sungguh ajaib. Bagaimana hal itu bisa terjadi? untuk memenuhi rasa ingin tahuku, Ramanda Batara Surya menceritakan peristiwa seputar kelahiranku. Diceritakan bahwasanya Ibu Kunthi adalah sosok wanita yang cantik jelita, cerdas, luwes, patuh dan sabar. Oleh karena kelebihannya, Eyang Prabu Basukunti mempercayakan kepada Ibu Kunti untuk melayani tamu-tamu negara.
More

Baladewa

Prabu Baladewa, wayang kulit purwa buatan Kaligesing,
koleksi Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)

Baladewa adalah anak Prabu Basudewa, raja Mandura dari Ibu yang bernama Dewi Mahendra. Ia mempunyai saudara kembar yang bernama Kresna. Walaupun lahir kembar Baladewa dan Kresna adiknya tidak sama. Baladewa berkulit putih bule, sedangkan Kresna berkulit hitam cemani. Selain kresna, Baladewa mempunyai adik wanita bernama Bratajaya atau Sumbadra.
More

Cerita Pandhawa (46) Rangkuman Ketokohan Pandhawa

Yudhisthira sedang melakukan samadi (karya herjaka HS)

Judul cerita bertokoh utama Yudhisthira yaitu: Puntadewa Lair, Sayembara Gandamana atau sayembara Durpadi dan Kuntul Wilanten.

Judul cerita bertokoh utama Bima yaitu Bima Bungkus, Arimba atau Lampahan Wanamarta, Dewaruci dan Senarodra.
More

Banjaran Cerita Pandhawa (45) Tokoh Nakula dan Sadewa

Sadewa saat menyamar menjadi Tantripala (karya : herjaka HS)

Cerita kelahiran para Pandhawa yang bersumber pada kitab Mahabharata, pada bagian yang disebut Adiparwa menyebutkan bahwa anak Pandu yang keempat, lahir dari Madri atau Madrim, bernama Nakula dan Sahadewa (Adiparwa, 1906: 122).
More

Banjaran Cerita Pandhawa (44) Tokoh Arjuna

Arjuna dengan gelar Mintaraga bertapa di Gunung Indrakila ditemani oleh empat Panakawan yaitu Semar. Gareng, Petruk dan Bagong (karya: herjaka HS)

Dalam cerita Arjunawiwaha karangan Mpu Kanwa, Arjuna kawin dengan tujuh bidadari setelah berhasil membunuh Niwatakawaca raja Himantaka (Arjunawiwaha: XXXV. 1-15). Nama bidadari itu Supraba, Palupy, Tilottama, Menaka. Ternyata disebut tujuh bidadari, tetapi hanya dikemukakan empat nama saja. Dalam Serat Mintaraga karya Sunan Paku Buwana III, bidadari yang disebut yaitu Gagarmayang, Supraba, Tilotama, Warsiki dan Warsini. Dua cerita berjudul Mintaraga (Mayer, 1924: 124) hanya disebut lima bidadari, yaitu Supraba, Wilotama, Warsiki, Surendra dan Gagarmayang.
More

Banjaran Cerita Pandhawa (42) Tokoh Bima

Tokoh Pandhawa adalah salah satu kelompok tokoh cerita pewayangan yang digemari masyarakat Jawa. Lebih-lebih dalam kaitannya dengan tokoh-tokoh Korawa. Masyarakat Jawa, terutama dalang dan para penulis cerita mengangkat tokoh Pandhawa sebagai tokoh yang baik. Masing-masing tokoh mempunyai kelebihan, kehebatan yang luar biasa. Demikian hebat dan berlebihan tentang tokoh itu, sehingga kedudukan masing-masing tokoh dianggap sebagai tokoh ideal. Berikut ini beberapa pengamatan melalui beberapa sumber cerita yang melibatkan tokoh-Bima
More

Banjaran Pandhawa (41) Persepsi Masyarakat Terhadap Tokoh Pandhawa

Puntadewa mengendarai kereta pusaka maju perang melawan Salya (karya : herjaka HS)

Tokoh Pandhawa salah satu kelompok tokoh cerita pewayangan yang digemari masyarakat Jawa. Lebih-lebih dalam kaitannya dengan tokoh-tokoh Korawa. Masyarakat Jawa, terutama dalang dan para penulis cerita mengangkat tokoh Pandhawa sebagai tokoh yang baik. Masing-masing tokoh mempunyai kelebihan, kehebatan yang luar biasa. Demikian hebat dan berlebihan tentang tokoh itu, sehingga kedudukan masing-masing tokoh dianggap sebagai tokoh ideal. Bermacam-macam tanggapan masyarakat terhadap tokoh-tokoh Pandhawa.
More

Banjaran Pandhawa (40) Pandhawa Muksa pt.2

Puntadewa bersama Anjing Linggasraya menuju kemuksaan (karya: herjaka HS)

Sri Kresna, Kunthi, Drupadi dan para Pandhawa meneruskan perjalanan mereka. Tiba-tiba mereka melihat seorang nenek sedang menimba sumur. Setiap air yang ditimba sampai di atas, kemudian dimasukkan ke dalam sumur lagi. Sri Kresna menanyainya. Nenek itu bernama Nyai Ruminta. Ia memberitahu, bahwa harta kekayaannya dimasukkan ke dalam sumur, sebab sejak perang Baratayuda akan dirampok oleh perajurit Korawa. Ia menjadi janda dan menjadi salah satu korban perang. Jika Pandhawa tidak dapat menemukan dan mengembalikan kekayaannya, pasti akan mendapat hukuman Tuhan. Sri Kresna sanggup mengembalikan harta kekayaan Nyai Ruminta. Nyai Ruminta disuruh minta bantuan orang se desa untuk mengisi sumur dengan air sampai penuh meluap-luap. Orang sedesa mengambil air dari berbagai sumur, dituangkan ke dalam sumur yang berisi harta kekayaan itu. Bersama luapan air sumur keluarlah barang-barang emas berlian dari dalam sumur. Sri Kresna minta agar harta itu untuk semua orang di desa Samahita.
More

Banjaran Cerita Pandhawa (39) Padhawa Muksa pt1

Pandhawa sedang melakukan sebuah perjalanan spiritual untk menjalani muksa.
(karya : herjaka HS)

Parikesit raja Ngastina duduk di atas singhasana, dihadap oleh Patih Dwara dan Patih Danurwenda. Mereka menerima kehadiran Sri Darmakusuma, Sri Kresna, Sri Balarama, Kunthi, Drupadi, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa.

Sri Darmakusuma atau Puntadewa memberitahu, bahwa para Pandhawa telah selesai bersuci diri di sungai Bagiatri, kemudian akan muksa.
More

Banjaran Cerita Pandhawa (38) Babad Wanamarta

Bima pada saat melakukan Babad Wanamarta dengan kesaktiannya.
(lukisan wayang Herjaka HS)

Prabu Matswapati duduk di Pancaniti, dihadap oleh Seta, Untara, Wratsangka, Surata dan Patih Nirbita. Raja membicarakan rencana pemberian hutan Wanamarta kepada Pandhawa. Raja menyuruh Patih Nirbita supaya memberitahu kepada Bagawan Abyasa, bahwa Pandhawa akan diberi tanah Wanamarta. Sang Patih segera minta diri, berangkat ke Wukir Retawu. Perundingan selesai, raja Matswapati masuk ke istana menemui permaisuri dan Untari. Raja bercerita tentang rencana pemberian tanah kepada Pandhawa. Kemudian raja bersamadi.
More

Banjaran Cerita Pandhawa (37) Bale Sagala-gala

Seorang punggawa yang mabuk minum tuak dan jatuh di depan Kunthi,
Pinten, Arjuna, Tangsen, ketika pesta di Bale Sagalagala (karya: herjaka HS)

Prabu Kurupati raja Ngastina duduk di atas singhasana, dihadap oleh Patih Sangkuni, Dursasana, Durmagati, Kartamarma, Citraksa dan Citraksi. Raja memperbincangkan rencana pembagian negara Gajahoya. Patih Sangkuni mengusulkan agar para Korawa menyiapkan Bale Sagalagala. Rumah itu supaya dibuat dari bambu dan diberi obat supaya mudah terbakar, dan diberi sumbu pada empat sudut kayu penyangga. Setelah siap dipakai, Kartamarma supaya mengundang para Pandhawa. Setelah selesai perundingan, raja masuk istana, bercerita kepada permaisuri.
More

Banjaran Cerita Pandhawa (36) Pandhawa Dadu

Sakuni sedang memainkan dadu di depan Yudhisthira (karya Herjaka HS)

Prabu Duryodana raja Ngastina duduk di atas singhasana dihadap oleh Patih Sakuni dan warga Korawa. Raja memperbincangkan rencana permainan dadu dengan para Pandhawa. Patih Sakuni memberi petunjuk rencana permainan dadu kepada raja dan warga Korawa. Kemudian raja meningalkan perundingan, masuk istana. Raja disambut oleh permaisuri dan putri raja, Lesmanawati. Kemudian raja bersamadi.
More

Kidung Malam (83) Sampai Pada Waktunya

Gandamana teringat saat menghajar Kumbayana hingga cacat seumur hidup (karya herjaka HS)

Sayembara perang tanding di Negara Cempalaradya masih berlangsung. Seorang brahmana yang mendapat kesempatan naik di panggung sayembara dan berhadapan dengan Gandamana bukanlah orang sembarangan. Ia mampu mengimbangi kesaktian Gandamana. Bahkan ilmu Wungkal Bener dan Aji Bandung Bandawasa yang menjadi andalan Gandamana tidak mampu membendung serangan lawannya. Oleh karenanya Gandamana mulai terdesak. Apalagi secara fisik umur Gandamana jauh berada di atas lawannya, sehingga daya tahannya susut dengan lebih cepat.
More

Kidung Malam (82) Semakin Renta

Bima ketika menjalani laku menuntut ilmu

Hari semakin siang, sinar matahari bertambah panas. Lautan manusia di alun-alun Cempalaradya berusaha untuk bertahan dalam teriknya matahari. Karena bagi mereka sayembara perang tanding ini lebih menarik dan lebih menegangkan dibangdingkan dengan sayembara memanah. Panggung sayembara kembali menjadi pusat perhatian. Gandamana berdiri kokoh di atas kedua kakinya yang kokoh pula. Satu persatu peserta sayembara perang tanding telah dikalahkan. Sorak-sorai dan tepuk tangan tak henti-hentinya menyambut kemenangan Gandamana.
More

Kidung Malam (81) Pada Suatu Saat …

Pemuda Rupawan itu (karya : herjaka HS)

Adu kesaktian memanah yang dipamerkan oleh Pemuda Rupawan dan Arjuna benar-benar mencengangkan semua orang yang memenuhi Alun-alun Cempalaradya. Lautan manusia yang semula ingin pulang karena sayembara dianggap sudah selesai mengurungkan niatnya. Malahan mereka terpaku pada tempatnya masing-masing ketika menyaksikan langit Alun-alun Cempalaradya hujan anak panah. Apa yang telah terjadi? Sebagian besar dari mereka belum tahu bahwa kemenangan Pemuda Rupawan tersebut ditolak Durpadi. Namun Pemuda Rupawan tersebut tidak peduli dengan penolakan Dewi Durpadi. Karena baginya mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kesaktiannya di depan orang dalam jumlah besar sungguh menjadi kebanggaan tersendiri. Oleh karena tanpa beban Pemuda Rupawan tersebut ingin meninggalkan alun-alun Cempalaradya yang sudah tidak menarik lagi setelah keberhasilanan memenangkan sayembara. Tetapi sebelum benar-benar meninggalkan Alun-alun, ia dicegat oleh Arjuna. Bagi Pemuda Rupawan pencegatan Arjuna juga menjadi daya tarik baru, dikarenakan ia kembali mendapat kesempatan untuk memamerkan kesaktiannya.
More

Kidung Malam (80) Pemuda Rupawan

Sorak membahana ribuan manusia bergemuruh. Pohon-pohon beringin dan pohon-pohon Angsana di seputar alun-alun Cempalaradya tergetar karenanya. Beberapa daunnya berguguran, mengenai orang-orang yang berada di bawahnya. Bagaikan taburan bunga untuk menghormat pemuda rupawan yang telah berhasil melepaskan anak panahnya tepat ke titik sasaran.
More

Kidung Malam (79) Durpadi Sayembara

Dewi Durpadi sedang menimba air kejernian

Hari menjelang sore, suara kenthongan yang berasal dari pusat Kraton Pancalaradya atau Cempalaradya, menarik perhatian penduduk kotaraja. Seperti yang selalu ada di setiap banjar, pada sudut halaman ada bale duwur untuk menempatkan sebuah kentongan. Dengan kentongan tersebut setiap warga mendapatkan informasi mengenai kejadian penting untuk segera ditanggapi. Ada beberapa irama kentongan yang masing-masing irama menunjukkan kejadian yang sedang berlangsung. Seperti irama khusus yang terdengar disore hari itu menandakan bahwa ada seorang gadis yang telah mengalami menstruasi atau datang bulang pertama. Artinya bahwa sang gadis tersebut telah menginjak usia dewasa, dan siap untuk dipinang seorang pria. Yang menarik perhatian bahwa suara kentongan tersebut berasal dari kotaraja. Tentunya ada gadis bangsawan yang menginjak dewasa dan siap dilamar. Lalu siapa gadis bangsawan tersebut? Akhirnya teka-teki pun terjawab bahwa Putri raja Cempalaradya tersebut adalah Dewi Durpadi, anak sulung Prabu Durpada.
More

Kidung Malam (78) Fajar Mulai Merekah

Kunthi memakai pakaian brahmana ketika melakuan penyamarannya bersama anak-anaknya dihutan

Berangsur-angsur mendung kesedihan yang menggelayut di langit Pringgandani tersibak. Negara mulai tertata dan pulih kembali seperti sebelum Prabu Arimba meninggal. Atas kesepakatan ke enam adik-adik Arimba, yang terdiri dari Prabakesa, Brajadenta, Brajamusti, Brajawikalpa, Brajalamatan dan Kala Bendana, Arimbi sebagai saudara paling tua ditunjuk menggantikan Prabu Arimba untuk menjalankan pemerintahan Pringgandani.
More

Previous Older Entries