Dalang Thengul Lebih Laku di Bojonegoro

Bojonegoro (ANTARA News) – Dalang wayang Thengul Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), lebih laku ditanggap masyarakat, dibandingkan dengan dalang wayang kulit.

“Dari data yang ada pertunjukan wayang thengul lebih diminati masyarakat, tidak hanya di Bojonegoro juga luar daerah,” kata Kepala Bidang Pelestarian Nilai Budaya dan Sejarah Dinas Pariwisata Bojonegoro, Saptatik, Kamis.

Dia memberikan gambaran, pada bulan Juni lalu dari 18 dalang wayang thengul di Bojonegoro, melapor mengelar pertunjukan sebanyak 14 kali. Baik pergelaran di Bojonegoro, juga luar daerah seperti Lamongan,Nganjuk, Jombang dan Jakarta.”Bahkan, ada seorang dalang wayang thengul Bojonegoro yang diminta main di Kalimantan,”ungkapnya.
More

Wayang Thengul

Merupakan kesenian wayang asli dari wilayah Bojonegoro. Saat ini tinggal 12 dalang yang masih aktif memainkan kesenian wayang thengul ini. Salah satunya dilakukan oleh dalang Mardji Deglek secara keliling.

Wayang ini berbentuk 3 dimensi dan biasanya dimainkan dengan diiringi gamelan pelog/slendro. Wayang thengul ini memang sudah jarang dipertunjukkan lagi, namun keberadaannya tetap dilestarikan di Bojonegoro, terutama di kecamatan kanor yang berjarak ± 40 Km dari Kota Bojonegoro. Jalan cerita yang sering dimainkan dari kesenian ini lebih banyak mengambil cerita menak.
More

Transformasi Bentuk dalam Cerita Calon Arang

Tari Calonarang dari daerah Bali. Tari ini mengisahkan rangkaian peristiwa yang terjadi pada zaman pemerintahan Prabu Erlangga di Kahuripan (Jawa Timur) pada abad IX. Ia menceritakan perbuatan si janda sakti dan guru ilmu hitam dari Dirah bernama Calonarang yang menyerang kerajaan Daha yang menyebakan jatuhnya banyak korban jiwa manusia tak berdosa. Untuk menghentikan perbuatan janda berputrikan Ratna Mangali ini, Prabu Erlangga minta bantuan kepada seorang brahmana dari Lemah Tulis bernama Empu Bharadah, yang dengan kekuatan ilmu putihnya berhasil mengalahkan Calonarang. Adapun bagian-bagian cerita Calonarang yang lazim dipentaskan adalah: Katundung Ratna Mangali, Iyeg Rarung, Kautus Empu Bahula, dan Pangesengan Baingin. Masyarakat Bali juga memasukkan cerita Balian Batur, Basur, Sudarsana, Patih Prabangsa, dan Dayu Datu, yang sedikit banyak menyangkut ilmu hitam, sebagai lakon Pa-calonarang-an.
More

Calon Arang Balinese Paintings

Calon Arang is a story that is very well known to the people of Bali. In my painting I have imagined the two main protagonists, the priest (symbol of good) and Rangda (symbol of evil), in a village setting. It is the moment when the priest is protecting himself from Rangda with a sacred keris, and he waves it in the air, challenging her to come and fight him. Rangda accepts the challenge, and the battle begins.
More

Ketika Calonarang Menjadi Semakin Garang

Perubahan wajah pertunjukan Calonarang di Bali akhir-akhir ini menarik untuk disimak. Belakangan ini dramatari Calonarang, termasuk kesenian lainnya yang sejenis seperti Wayang Calonarang, Arja Calonarang (Basur), cederung menjadi semakin garang dan menantang dengan ditonjolkannya adegan-adegan yang memperlihatkan pameran kekebalan dan kekuatan batin. Semakin digemarinya unsur pameran ilmu kekebalan seperti ini tampaknya terkait erat dengan kondisi sosial masyarakat kita dewasa ini yang cepat beringas, emosional, dan suka pamer kekuatan dan kekuasaan serta dengan pongah menghalalkan segala macam cara, sekalipun harus mengabaikan ajaran-ajaran agama, untuk mencapai suatu tujuan.< suatu mencapai untuk agama, ajaran-ajaran mengabaikan harus sekalipun cara, macam segala menghalalkan pongah dengan serta kekuasaan dan kekuatan pamer suka emosional, beringas, cepat yang ini dewasa kita masyarakat sosial kondisi erat terkait tampaknya seperti kekebalan ilmu pameran unsur digemarinya Semakin batin. memperlihatkan adegan-adegan ditonjolkannya menantang garang semakin menjadi cederung (Basur), Calonarang Arja Calonarang, Wayang sejenis lainnya kesenian termasuk dramatari Belakangan disimak. menarik akhir-akhir Bali di pertunjukan
More

Menafsir Ulang Kisah Calonarang

Seperti keping mata uang, kebaikan akan selalu berdampingan dengan kejahatan.

Epik Calonarang kembali dipentaskan lewat perpaduan tarian bedhaya dan legong Bali. Hasilnya, tak hanya sebuah sendratari yang indah dan megah, tapi juga tafsir baru atas kisah yang legendaris itu.
Rombongan dari Daha yang dipimpin Bahula itu muncul dari kursi penonton. Mereka melintasi lorong dengan menghamburkan semerbak melati menuju panggung dimana Calonarang Walunateng (janda) Dirah itu menyambut angkuh dan penuh curiga. Tapi kali ini orang-orang Daha itu tak tak berniat perang. Sebaliknya, mereka justru ingin mengikat saudara, Bahula murid Barada itu melamar Ratna Manggali putrid semata wayang Calonarang.
More

Wayang Sawah Perkaya Dunia Perwayangan

YOGYAKARTA, KOMPAS.com–Wayang sawah yang dibuat dari limbah batang padi atau “damen”, kian memperkaya dunia perwayangan di Indonesia, kata salah seorang relawan seni Balai Budaya Minomartani, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kuncoro.
More

Wayang Betel

Wayang Betel adalah sebuah garapan pewayangan yang ter inspirasi dari Wayang Lemah/Wayang Gedog, garapan ini tecipta karena penggarap melihat kehidupan wayang lemah pada masyarakat Bali hanya dikaitkan dengan upacara keagamaan. Penanggap pertunjukkan ini kurang memperhatikan baik tempat pentas maupun sarana-sarana pendukung lainnya. Hal ini membuat para dalang malas untuk menggarap bagian artistiknya, hiburan dan konteksnya. Wayang Lemah yang berfungsi ritual menjadi kemasan baru berbentuk hiburan seni yang segar, sehat dan bermutu.
More

Wayang Lemah

Kesenian Wayang Lemah sering ditemukan pada berbagai upacara keagamaan umat Hindu di Bali. Berbeda dengan wayang pada umumnya, wayang lemah memiliki ciri khas berupa waktu pementasan yang biasanya dilakukan di kala siang sehingga di sebut lemah yang dalam bahasa Bali berarti siang. Walau demikian waktu pementasannya menyesuaikan dengan puncak upacara keagamaan yang dilaksanakan sehingga pementasan bisa dilakukan pagi, siang, maupun sore.

More

Wayang Beber

Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan masih berkembang di daerah daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh tokoh dalam cerita wayang baik Mahabharata maupun Ramayana.
More

Wayang Landung

Atraksi Seni Wayang Landung yang baru seumur jagung, langsung menuai prestasi. Sejak diciptakan awal Agustus 2007 oleh seniman Ciamis Pandu Radea (yang juga wartawan budaya SK Priangan) seni helaran kreasi baru ini mampu menjuarai 2 event besar. Prestasi pertama yang diraih Wayang Landung yaitu tampil sebagai 10 terbaik dalam kegiatan Parade Budaya Nusantara di Bali pada September 2007. Kegiatan prestisius tersebut diikuti oleh 50 peserta dari dalam dan luar negeri. Saat itu Wayang Landung menjadi utusan dari Kabupaten Ciamis sekaligus mewakili Jawa Barat bersama Kabupaten Sumedang.
More

Cenk Blonk, Wayang Kulit Bali Gaya Baru

Pergelaran wayang kulit di Bali sebelum ini identik dengan pertunjukan untuk melengkapi upacara keagamaan dan adat. Sebagai tontonan, seni hiburan itu kurang menarik minat masyarakat setempat, terutama kaum muda.

Namun, anggapan tersebut tidak lagi sepenuhnya benar, setelah I Wayan Nardayana melakukan terobosan, memadukan unsur tradisi dan kreasi untuk memperkaya pementasan wayang kulit Bali.
More

Sejarah Wayang Kulit Betawi

Konon, ketika Pasukan Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram menyerang Belanda ke Betawi, salah sebuah rumah di Jakarta menjadi pos peristirahatan tentara Mataram. Di pos itulah seorang tentara Matarm setiap malam bercerita tentang tokoh-tokoh dan peristiwa pewayangan. Kisah-kisah yang diceritakan ternyata banyak disukai penduduk. Berawal dari sinilah kemudian muncul seni wayang kulit Betawi. Salah satu bentuk teater Betawi, yang penting. Ini cerita sejarah wayang kulit Betawi versi Surya Bonang, seorang dalang terkenal di antara sedikit dalang wayang kulit Betawi yang masih tersisa.
More

Wayang Babad Karyane M Sugiarto

Donyaning wayang werna-werna, wiwit wayang kulit, wayang golek, wayang suket, wayang orang, wayang wahyu tekan wayang kancil. Wektu iki muncul kreasi anyar wujud wayang babad, kang nyritakake sejarah antarane krajan Demak, Mataram, Majapahit kaya sing ditindakake M Sugiarto.

Seniman kethoprak kasebut nggawe puluhan tokoh wayang babad kurang luwih tengahan taun 2007, lan wis bola-bali digelarake sahengga bisa nambah khasanah donyaning pedhalangan. Bab iki, jalaran panjenengane minangka seniman kethoprak lan sutradara siaran pagelaran kethoprak RRI Ngayogyakarta.
More

Wayang Catur dan Ki Ija, Tradisi yang Sekarat

Tubuh renta itu tertatih menuju panggung dipapah dua pria kekar. Ija Sukmaja, dalang wayang catur generasi pertama dan (mungkin) terakhir ini, kemudian lunglai duduk di depan sebuah kecapi.

Setelah bersusah payah dibisiki para waditra, ia pun memulai memainkan kecapi. Dari mulutnya yang kelu, tiba-tiba terdengar lirih kadang melengking tembang sunda tanda ia memulai memainkan wayang catur.
More

Wayang Cepak Cirebon

Asal-usul wayang cepak di Cirebon bermula ketika Élang Maganggong, putra Ki Gendeng Slingsingan dari daerah Talaga, berguru agama Islam kepada Suta Jaya Kemit, seorang upas (sama dengan satpam sekarang) di Gebang yang pandai mendalang. Élang Maganggong di kemudian hari menurunkan ilmunya kepada Singgih dan keturunan-keturunan Singgih yang berkedudukan di Desa Sumber, Kecamatan Babakan. Peristiwa inilah yang membuat wayang cepak menyebar ke beberapa wilayah Cirebon bagian Timur seperti Waled, Ciledug, Losari dan Karang Sembung, serta Cirebon bagian Barat yang meliputi daerah Kapetakan dan Arjawinangun.
More

Wayang Gantung Singkawang di Ambang Senja

Gonggongan anjing yang gencar menghalangi langkah mendekati kuil tua. Tanpa penghuni kuil yang kebetulan saat itu sedang bepergian, bukan mustahil kami dikoyak anjing penjaga boneka-boneka wayang gantung Singkawang itu.

Demikianlah, pupus harapan melihat lagi boneka wayang gantung Singkawang, sekitar 180 kilometer dari Pontianak. Di kuil tua itu, dalam kotak kayunya, boneka-boneka wayang gantung pernah disembunyikan selama 30 tahun karena rezim Orde Baru mengebiri kebudayaan Tionghoa.
More

Wayang Garing, Wayang Banten Tanpa Gamelan dan Pesinden

Pergelaran wayang kulit tanpa iringan gamelan dan tembang para pesinden, mungkin sulit dibayangkan bentuknya. Bagi yang belum pernah menonton, boleh jadi itu merupakan seni pertunjukan yang membosankan, tidak meriah, dan terasa garing (kering).

Maklum, pakem pertunjukan wayang kulit selama ini selalu melibatkan penabuh gamelan (pangrawit), pesinden (swarawati), dan sang dalang (juru barata). Bahkan, belakangan muncul “kecenderungan” baru menampilkan kolaborasi wayang kulit dengan pelawak, penari, dan penyanyi.
More

Wayang Golek Moderen

Wayang golek modern merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang terdapat di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Wayang golek modern ditemukan oleh Dalang Partasuwanda (alm). Seperti halnya wayang golek biasa, lakon yang dibawakan wayang golek modern yaitu cerita wayang purwa, yang membedakannya yaitu dalam wayang golek biasa dalangnya hanya seorang, antawacana pun dilakukan oleh seorang. Sedangkan dalam wayang golek modern, dalangnya lebih dari satu orang dan kadang-kadang antawacananya pun dibantu oleh dalang lain yakni setiap satu wayang satu dalang.
More

Wayang Kulit Bekasi

Wayang kulit Bekasi sebenarnya masih sama latar belakangnya dengan wayang-wayang sejenis yang ada di Pulau Jawa. Yang membedakan antara wayang kulit Bekasi dengan wayang kulit daerah lain adalah faktor sosilogis dan pengaruh budaya lingkungannya. Perbedaan lainnya yaitu adanya tokoh yang lebih mirip dengan wayang golek misalnya Semar, Cepot, Udel dan Gareng, sementara Dorna digambarkan dengan wajah kearab-araban dengan memakai topi haji.
More

Previous Older Entries