Kisah Arjunasasrabahu

Terlahir dengan nama Arjunawijaya, putra tunggal Prabu Kartawijaya ini, setelah menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja negara Maespati dikenal dengan Prabu Harjunasasrabahu. Gelar ini diberikan karena ketika ia bertiwikrama, wujudnya berubah menjadi brahala sewu – raksasa sebesar bukit, berkepala, seratus, bertangan seribu yang keseluruh tangannya memegang berbagai macam senjata sakti.
More

Asal Usul Candrabirawa

Bermula sejak jaman Arjuna Sasrabahu dari riwayat Sumantri / Patih Suwanda. Patih Suwanda sebenarnya adalah anak Resi Wisanggeni bernama Sumantri dan mempunyai seorang adik yang berbadan kontet dan bermuka seperti raksasa bernama Sukrasana. Resi Wisanggeni adalah kakak Resi Bhargawa yang melanglang buana mencari Ksatria untuk bertarung dengan dalih mencari kematian bagi dirinya sendiri — pada akhirnya Resi Bhargawalah yang membunuh Arjuna Sasrabahu dan dikemudian hari gugur ditangan Rama. Sumantri menjelma menjadi seorang ksatria yang sakti gagah perkasa berkat ajaran Resi Wisanggeni, sementara Sukrasana biarpun berbentuk seperti raksasa mempunyai budi pekerti yang sangat luhur.
More

Sumantri dan Sukrasana

Di tanah lapang itu, Sumantri tersungkur. Rahwana berhasil membunuhnya setelah pertempuran yang panjang. Tubuh anak muda itu setengah hancur. Ya, Sumantri gugur dengan mengenaskan. Tapi ia segera melesak ke surga. Dan di sana, Patih Suwondo itu bertemu dengan Sukrosono, adiknya yang setia. Mereka seperti mengulang kembali masa kanak-kanak yang bahagia, melupakan dendam dan rasa bersalah. Tragedi ”anak panah” di antara keduanya bagai tak pernah terjadi.
More

Jamadagni Menyuruh Ramabargawa Membunuh Ibunya

Ramaparasu juga bernama Ramabargawa , karena bersenjatakan Bargawastra. Ia juga bernama Ramawadung, karena bersenjatakan kapak (wadung). Ramaparasu adalah putra bungsu dari Brahmana Jamadagni yang beristrikan Dewi Renuka. Jamadagni semula adalah seorang raja, tetapi kemudian ia mengambil keputusan akan hidup sebagai pertapa. Meraka meninggalkan hidup kemewahaan duniawi dan ingin hidup damai dalam sebuah padepokan. Namun tak lama kemudian datanglah suatu malapetaka yang tidak terduga-duga menimpanya.
More

Ramabargawa Bersumpah Akan Membunuh Semua Golongan Satria

“Permintaan hamba, pertama hidupkan kembali ibuku, kedua kembalikan keempat saudaraku seperti semula, ketiga hilangkan dosaku terhadap ibuku, ke empat berilah aku umur panjang, ke lima berilah aku kesaktian yang tiada tanding yang tiada taranya dan hanya dapat mati oleh tangan Dewa Wisnu sendiri”. More

Harjuna Sasrabahu Dan Ramabargawa Sama-Sama Mencari Wisnu Atau Dirinya Sendiri

Tak terhitung jumlah golongan satria yang telah dibunuh dengan senjata kapak dan Bargawastranya. Nama Ramaparasu sangat ditakuti oleh segenap satria diseluruh penjuru dunia. Akibatnya setiap ada kabar, bahwa kampung dan kotanya akan dilalui oleh Ramabargawa terjadilah evakuasi yang “semrawut” secara besar-besaran. Pekerti Ramabargawa ini sebetulnya sadis dan kejam, bahkan melanggar sumpahnya sendiri. Mengapa? Ramabargawa telah bersumpah akan membunuh setiap satria yang ia temui karena ia menganggap bahwa golongan satria yang melakukan pembunuhan diklasifikasikannya sebagai pembunuh. Karena itu golongan satria harus dimusnahkan. IA benci kepada pembunuhan. Nah, disinilah letak ironi dan kalutnya pemikiran Ramabargawa.
More

Harjuna Sasrabahu Kehilangan Segala-galanya Karena Menuruti Nafsunya

Semula Harjuna Sasrabahu adalah seorang raja agung dari negeri Maespati yang gemah ripah, loh jinawi, tata tentrem karta raharja. Tetapi kemudian semuanya punah karena salahlangkah dari tingkah polanya sendiri. Ia gandrung mabuk asmara dengan Citrawati putri raja dari negeri Magada. Tetapi, ya ampun permintaannya. Ia mau menjadi permaisuri asalkan disediakan 800 orang putri pengiring yang sama rupa, sama cantik dan sama pula suaranya. Walaupun sudah dipenuhi permintaannya, namun masih kurang puas juga. Ia menghendaki suatu taman Sriwedari yang indahnya seperti taman yang ada di kahyangan. Permintaannya yang tidak masuk akal inipun dipenuhinya juga. Harjuna Sasrabahu segera mengeluarkan surat perintah kepada Menteri kesayangannya, yang bernama Sumantri. Belum sampai Sumantri habis pikir, darimana ia akan mendapatkan dana untuk membangun taman Sriwedari itu, tiba-tiba datanglah Sukasrana, adiknya yang berwajah raksasa, guna membantu Sumantri, Sukrasana yang berwajah raksasa, guna membantu Sumantri, Sukrasana dengan mudah membangun taman Sriwedari, untuk memuaskan nafsu Citrawati. More

Harjuna Sasrabahu Gugur Sebagai Salah Satu Korban Sumpah Ramabargawa

Harjuna Sasrabhu yang telah kehilangan segala-galanya sudah berbulan-bulan lamanya mencari mati. Ia manantang, membenci dengan siapa saja yang dijumpainya. Ia pikir mungkin tak salah satu yang dijumpainya adalah Wisnu. Ia lupa bahwa Wisnu yang dicarinya lebih dekat dengan pribadinya. WIsnu ada dalam pusat rahsanya. Bukankah telah diajarkan bahwa: More

Sumantri, Yang Mengejar Pangkat dan Jabatan Hingga Lupa Kebajikan

Tak ada yang membantah bahwa Sumantri adalah satria bagus rupanya, wira-sakti, yang bersenjatakan Cakrabaskara pemusnah angkara murka. Ia putra seorang pendeta sakti bernama Maha Resi Suwandagni. Ia masih saudara sepupu dengan Ramaparasu putra Resi Jamadagni. Namun sepanjang hayatnya pekerti Sumantri memalukan derajat kesatriaannya.

Sebaliknya adiknya berwajah raksasa, tetapi berbudi luhur, sakti dan sangat mencintai kakaknya, Sukrasana namanya.
More

Sukasrana

Rasa bersalah atau berdosakah yang ada di mata Kakang saat ini? Tolong berhentilah menangis karena tangisan seorang patih agung sepertimu akan mematikan bunga-bunga dan mengeringkan lautan. Sudah, berhentilah. Tidak ada artinya panah ini memanggang tubuhku yang sudah tersia-sia bahkan sedari aku dilahirkan. Tidak ada.
More

Bambang Sumantri Pemimpin Yang Bukan “Unthul”

Pikiran Pembaca Buana Minggu 25 April 1976

Rasanya kurang sreg kalau hanya disebutkan segi negatip sifat Bambang Sumantri seperti yang ditulis oleh Ki Dalang Ir Sri Mulyono dalam “Wayang dan karakter manusia” di Buana Minggu.
More

Sumantri – Nya Tripama

Sehubungan dengan tulisan Bapak Ir Sri Mulyono mengenai “wayang dan karakter manusia”, dalam Buana Mingu terbitan 18 April 1976 yang lalu, perkenankan kami mohon penjelasan atas pertanyaan yang timbul dibenak kami setelah membaca artikel tersebut yaitu sebagai berikut:

“Sumantri” merupakan tokoh yang jelek pekertinya ataukah yang patut dicontohkan?
More

Sumantri dan Sukasrana Lambang Jiwa dan Raga

Pikiran Pembaca:

Tertarik dengan uraian bapak Sri Mulyono, Herdalang dan Bu D, termuat dalam Berita Buana akhir-akhir ini, maka perkenankanlah kami mengemukakan uraian mengenai hal tersebut diatas dari sudut lain.

Dilihat dengan kacamata “ilmu rasa” dalam dunia pewayangan tak sedikit mengandung ajaran-ajaran yang mendalam, ajaran-ajaran dalam pewayangan umumya tidak “terang-terangan”, melainkan diselubungi dengan peristiwa dan kata-kata yang sangat rumit. Jika akan memperdalam dan meneliti diperlukan perasaan yang tajan dan mendalam, antara lain demikian:
More

Sekali Lagi Sumantri Itu, Tokoh Jelek Atau Tokoh Teladan

Pertama-tama dengan ini saya mengucap syukur Alkhamdullilah kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya. Walaupun kini tidak diizinkan lagi untuk secara fisik melakukan mendalang dengan kotak dan kelir, namun atas ridho-Nya masih diizinkan untuk “mendalang” dengan pena dan kertas. Artinya bahwa dengan banyaknya surat yang saya terima melalui Buana Minggu maupun Radio Safari tiap Senin malam, baik yang tidak setuju maupun yang “mengalembana” memuji dengan kalimat-kalimat yang belum pernah saya terima, menunjukkan adanya komunikasi dua arah antara dalang dengan penonton atau penulis dengan pembaca.
More

Sumantri dan Sukrasana

Di tanah lapang itu, Sumantri tersungkur. Rahwana berhasil membunuhnya setelah pertempuran yang panjang. Tubuh anak muda itu setengah hancur. Ya, Sumantri gugur dengan mengenaskan. Tapi ia segera melesak ke surga. Dan di sana, Patih Suwondo itu bertemu dengan Sukrosono, adiknya yang setia. Mereka seperti mengulang kembali masa kanak-kanak yang bahagia, melupakan dendam dan rasa bersalah. Tragedi ”anak panah” di antara keduanya bagai tak pernah terjadi.

Kita kenang perjalanan Sumantri sebelum menjadi Patih Suwondo. Sejak awal, anak muda ini memang telah menyiapkan masa depannya. Ia menuju Maespati untuk mengabdi pada Prabu Harjuna Sasrabahu. Sebab ia merasa mampu, juga pantas . More

Satiawan dan Sawitri

Pada jaman dahulu kala di negeri Madra bertahtalah seorang raja bernama Prabu Aswapati yang berbudi luhur, adil dan bijaksana. Beliau mempunyai seorang putri yang bernama Dewi Sawitri yang cantik parasnya, laksana dewi Sri dari Kahyangan. Akan tetapi walaupun Sawitri mempunyai paras yang elok, tubuhnya yang indah menggiurkan, matanya seperti bunga saroja, namun Prabu Aswapati selalu bermuram durja, karena Dewi Sawitri yang sudah dewasa itu belum ada seorangpun yang meminangnya. Maka pada suatu hari Prabu Aswapati bersabda kepada putrinya: “Hai putriku Sawitri, waktu ini sudah saatnya kau harus bersuami. Tetapi karena sampai sekarang tak ada yang meminangmu, maka pilih dan carilah sendiri seorang sujana yang patut menjadi suamimu.”
More