Palasara Kawin Dengan Dewi Lara Amis Di Tengah Kali

Kisah Palasara, Lara Amis dan Abiyasa ini penuh dengan simbolisme dan mistisme. Minggu lalu diceritakan tentang Gunung kawin dengan sungai kemudian melahirkan manusia. Dilihat secara lahiriah dan harfiah, kelihatan sangat aneh sekali. Tetapi kalu dilihat secara intuitif dan simbologis atau dengan bahasa pujangga, memang demikianlah seharusnya. Karena gunung itu melambangkan lingga atau kejantanan,s edangkan sungai melambangkan lingga atau kejantanan, sedangkan sungai melambangkan kesuburan atau yoni atau kewanitaan. Di kota Jakarta, kita juga dapat melihat lambing lingga dengan yoni dalam satu tempat, yaitu tugu Monas. Tugunya melambangkan lingga, sedang cekung dan ruang tenang dibawah tugu melambangkan yoni. Tentunya lambang Monas tersebut dimaksudkan sebagai keabadian yang turun menurun sepanjang zaman.
More

Dewi Amba Akan Membalas Dendam Kepada Bisma, Karena ditolak cintanya.

Tersebutlah di negara Kasi tiga putri raja naik panggung untuk mengadakan sayembara pilih, yaitu memilih calon jadohnya. Aneh, tetapi nyata, inilah tradisi. Menurut adat istiadat gadis yang telah dewasa harus memilih jodohnya. Karena memang dasar ayu maka tak mengherankan kalau banyak pangeran dan putra-putra raja dari berbagai negara dating untuk mengikuti sayembara. Tidak ketinggalan pula Bisma, putra dan pewaris tunggal kerajaan Astinapura dating untuk mengikuti sayembara tersebut sungguh mencemaskan para peserta sayembara lainnya. Mengapa? Karena Bisma sudah terkenal sebagai pahlawan besar lagi bijaksana, sakti dan memiliki kekuatan yang luar biasa.
More

Destarastra Yang Buta, Pandu Yang Pucat Itu Karena Akibat Dari Tindakan Grusah-Grusuh

Pada malam bulan madu, Kresna Dwipayana yang berkulit hitam, berjenggot lebat dan matanya yang bersinar menakutkan itu datang menemui Ambika. Ketika Ambika melihatnya, ia sangat takut dan memejamkan matanya tidak berani memandang muka Begawan Abiyasa. Tetapi untuk tidak menentang kehendak Gandawati, maka dibiarkanlah segala perbuatan Abiyasa terhadap dirinya. Maka Abiyasa berkata:
More

Patih Sakuni, Kalau Bicara Klemak-Klemek Tapi Jadi Tukang Fitnah

Sakuni adalah patih negeri Astina. Badannya kurus, mukanya pucat kebiru-biruan seperti pemadat candu. Caranya berbicara “klemak-klemek” menjengkelkan. Nama Sakuni berasal dari suku kata “Saka” dan “Uni”. Kata “Saka” berarti “dari” sedang “Uni” berarti “ucapan”. Jadi Sakuni itu melambangkan manusia yang sifatnya senang memfitnah, menghasut dan mencelakakan orang lain, tetapi akhirnya ia terpaksa atau termakan oleh ucapannya sendiri.
More

Abiyasa, Profil manusia Wicaksana Yang sudah Menjauhi Duniawi

Abiyasa pepunden Pandawa yang waskita itu tidak hanya berperan sebagai “bibit unggul” saja. Bagaimana sebenarnya dan apa yang terjadi atas diri Abiyasa?

Menurut versi Adiparwa, setelah beberapa waktu Citrawiryamenajdi raja, ia sakit akibat terlalu banyak mengumbar hawa nafsu dan akhirnya ia mati pula dalam usia muda. Lara Amis menangis sedih karena akan “cures” keturunannya. Tak ada jalan lain ia menemui Bisma, katanya:
More

Pandu Dikutuk Resi Kimindana, Karena Mengganggu Orang Yang Sedang Bermesraan

Tiga putra Wiyasa, yaitu Destarastra, Pandu dan Yamawidura oleh Bisma diasuh dan dididik sesuai dengan derajat kesatriaannya agar kelak menajdi satria utama. Berhubung Destarastra mempunyai cacat buta mata, maka pandulah yang dinobatkan menjadi Raja di Astina Negara Kurujanggala atau Astinapura atau Gojah Oya yang disebut juga Limanbenawi dengan gelar: “Pandudewanata Binatara Nyakrawati Mahadiningrat”.
More

Pandu Mati Mendadak Dan Masuk Neraka, Karena Terlalu Menuruti Keinginan Dewi Madrim Yang Sedang Ngidam

Ceritera Pandu dan isterinya dapat melahirkan anak “tanpa hubungan” dengan lima Dewa itu aneh dan tidak lazim disini, sehingga menimbulkan kesan bahwa Dewi Kunti yang Hiperseks. Maka di dalam pakeliran oleh dalang digubah dan disanggit sedemikian rupa, sehingga selaras dengan filsafat hidupnya dan tidak menimbulkan rasa dan pikran yang janggal. Karena itu pembunuhan rusa (kijang) disanggit terjadi setelah kelima putranya lahir. Demikianlah jalan ceritanya.
More

Sayembara Pilih Dewi Durgandini yang Salah….

Sudah sementara waktu Bethari Gangga berketapan hati meninggalkan suaminya Sentanu dan anaknya yg baru lahir yang bahkan belum sempat diberinya nama.Dewi Gangga tidak rela kasih suaminya terbagi untuk anak2nya, hingga ke delapan anaknya ditegakannya dibuang ke Sungai Gangga sesaat setelah lahir. Rupanya sudah menjadi kodrat Yang Maha Kuasa bagi anak ke sembilan mereka, Sentanu tidak lagi rela lagi untuk membuang anaknya itu, Raden Dewabrata.
More

Dewi Lara Amis Atas Anjuran Abiyasa Meninggalkan Dunia Fana


Betapa sesal dan pedihnya Dewi Madrim atas kematian Pandu. Sungguh tak terlukiskan oleh huruf, tak terungkap dengan kata. Madrim merasa sangat berdosa dan bertanggung jawab atas kematian Pandu. Karena Pandu mati dalam pelukannya. Oleh karena itu ia melakukan sumpah setya, yaitu dengan jalan menerjunkan dirinya ke dalam api upacara pembakaran jenazah Pandu. Sebelum Ia pergi ke Pancaka ia bersujud di hadapan Kunti. Sambil bersembah, ia berkata:

“Duh ayunda, kini aku serahkan kedua anakku Nakula dan Sadewa. Asuh dan rengkuhlah anak-anak yang ditinggalkan oleh ayah dan ibunya ini, sebagai putra-putra ayunda sendiri”.
More

Arjuna as Brihannala

Singkat cerita pada saat Kerajaan Matsya akan diserang oleh para Kurawa, maka Brihannala yang tiada lain adalah Arjuna yang sedang dalam masa pengasingan menghadapi seorang diri. Dengan didampingi oleh sais kereta yang tiada lain adalah Pangeran Utara Brihannalapun maju ke medan peperangan tanpa mengenakan baju perang. Hanya busana sebagai abdi kerajaan saja yang dia kenakan dan tentunya mudah tertembus oleh anak panah.
More

Arjuna Terus

Raja Astina Prabu Suyudana berkenan duduk di singgasana kerajaan, dihadap oleh Pandita Praja Dhahyang Durna, Adipati Karna, Patih Sakuni, saudara-saudara raja tampak juga Raden Arya Dursusana, Raden Arya Kartamarma, Raden Arya Jayadrata, Raden Arya Durmagati, Raden Arya Citraksa dan Raden Arya Citraksi.
More

Babakan Arjuna

1.PETRUK DUTA : sak elingku,hubungane karo laire Gatutkoco.sing tali Pusere ora mempan gaman,termasuk kuku Pancanaka Bapake (Werkudoro),trus Petruk diutus kon nyilih gaman sing akhire iso kanggo medhot pusere si Jabang bayi.(mohon di koreksi )
More

Bagawan Sena Rodra

Sri Batara Kresna yang bergelar Sang Padmanaba dari Dwarawati membicarakan Werkudara yang sedang menyebarkan ajaran yang didapatnya dari Barat, dan yang berganti nama menjadi Bagawan Senarodra. Ia menyebarkan ajarannya di Unggul Pawenang, dan banyak orang berguru kepadanya, termasuk Satyaka.

Para dewa merasa tidak senang karena merasa disamai dan menganggap Senarodra akan memberontak terhadap para dewa. Menurut Batara Kresna Senarodra hanya ingin agar manusia itu berpandangan luas, mendapat kesempurnaan hidup, dan jangan mendapat kepapaan. Sri Kresna ingin mengunjungi dan melihat sendiri keadaannya, dan menyuruh Setyaki berangkat mendahuluinya.
More

Bima Ngaji

A salamu ‘Alaikum penonton…., dalang jemblung manggung lagi nih… lakone: ” Bima Ngaji “.
Para penonton yang berbahagia……..,
Ada seorang pejabat tinggi dan kaya raya, tetapi hidupnya selalu resah dan gelisah.
Siapakah dia…? dia adalah seorang bupati dari kabupaten Jodipati bernama Raden Arya Werkudoro alias si Bima Sena.
More

Memaknai Lakon Dewa Ruci dalam Konteks Kedirian

Guru Durna memberitahukan Bima untuk menemukan air suci Prawitasari.

Prawita dari asal kata Pawita artinya bersih, suci; sari. Jadi Prawitasari pengertiannya adalah inti atau sari dari pada ilmu suci. Itulah perjalanan yang harus ditempuh oleh Bima dalam lakon Dewa Ruci yaitu menemukan inti dari ilmu sejati.

Hutan Tikbrasara dan Gunung Reksamuka
Air suci itu dikatakan berada dihutan Tikbrasara, dilereng Gunung Reksamuka.

Tikbra artinya rasa prihatin
sara berarti tajamnya pisau, ini melambangkan pelajaran untuk mencapai lendeping cipta (mempertajam cipta).

Tikbrasara dapat diartikan adalah kegiatan memprihatinkan diri untuk mengolah rasa agar dapat mempertajam cipta.
More

Lakon Bima Suci : Perjalanan olah batin orang Jawa

Lakon ini amat digemari di kalangan kasepuhan karena mengandung permenungan mendalam tentang asal dan tujuan hidup manusia (sangkan paraning dumadi) dan menjawab kerinduan hidup dalam perjalanan rohani orang jawa untuk bersatu dengan Tuhan (manunggaling kawulo Gusti; curiga manjing warangko).

Begitu disenangi dan diulang-ulang sebagai bahan permenungan, maka kisah ini memilik variasi-variasi bahkan menyimpang dari lakon awalnya, tergantung siapa yang menyalin kisah ini, siapa dalang yang memainkan lakon dalam pertunjukan wayang.
More

Lelaku Sunan Kalijaga Lewat Bima Suci

Jalan untuk mendekat pada GUSTI ALLAH disebut dengan Suluk. Sementara manusia yang mencari jalan untuk mendekat pada GUSTI ALLAH disebut dengan Salik. Kerinduan akan dekatnya diri dengan GUSTI ALLAH ini menjadikan seseorang mulai mencari asal mula dirinya dan bakal ia bawa kemana hidupnya ini.
More

Bima Suci: Guru yang Ternistakan

Suasana negeri Hastina mendadak gerah. Angin kemarau yang meluncur dari Gunung Argakelasa seperti memancarkan aura panas yang membadai dan mengancam. Pepohonan kering dan meranggas. Bumi Hastina seperti dihantam badai panas dan kekeringan yang panjang dan dahsyat. Istana Hastina yang biasanya sejuk dan nyaman pun tak sanggup membendung badai panas yang terus meluncur dari lereng sebuah gunung di perbatasan itu. Presiden Duryudana yang tengah sibuk memimpin sidang Kabinet Hastina berkali-kali mengelap jidatnya yang panas dan basah. Entah, sudah berapa helai selampai yang masuk ke keranjang sampah.
More

Kisah Sebelum Mahabharata

Kisah Prabu Jayati

Siapa sih sesungguhnya nenek moyang Pandawa dan Kurawa itu ?
Versi ceritanya dalam dunia pewayangan cukup banyak, tapi supaya tidak bingung kita gunakan hanya versi Mahabharata saja.

Cikal bakal nenek moyang Pandawa dan Kurawa adalah Prabu Nahusa dan Sang Prabu ini mempunyai seorang putra bernama Prabu Jayati. Jayati adalah seorang satria yang soleh, tampan dan sakti, memerintah Hastinapura dengan adil, membawa kemakmuran dinegaranya. Permaisurinya bernama Dewayani, putri dari pendeta Resi Sukra.
More

Pandawa Mendapatkan Drupadi

Pada suatu hari, Pandawa mengikuti sayembara yang diselenggarakan Raja Drupada di Kerajaan Panchala. Sayembara tersebut memperebutkan Dewi Dropadi. Banyak ksatria di penjuru Bharatawarsha turut menghadiri. Para Pandawa menyamar sebagai seorang Brāhmana. Sebuah sasaran diletakkan di tengah-tengah arena, dan siapa yang berhasil memanah sasaran tersebut dengan tepat, maka ialah yang berhasil mendapatkan Dropadi. Satu-persatu ksatria maju, namun tidak ada satu pun yang berhasil memanah dengan tepat. Ketika Karna dari Kerajaan Anga turut serta, ia berhasil memanah sasaran dengan baik. Namun Dropadi menolak untuk menikahi Karna karena karna anak seorang kusir yang tentu lebih rendah kastanya. Karna kecewa tetapi juga kesal terhadap Dropadi.
More

Previous Older Entries Next Newer Entries